Kalian punya tugas Drama? Tapi belum punya naskah? Nih, saya punya siapa tau berguna;). Naskah ini berisi tentang Sampah. Selamat mengopypaste! eh, maksud saya Selamat Membaca!
MARI JAGA LINGKUNGAN
Di gerbang sekolah pada jam pulang sekolah, kira-kira pukul 12.30, Indri dan Mila sedang berjalan sambil meremas kertas dan semacamnya kemudian membuangnya begitu saja. Ferial yang berada di dekat situ langsung membentak mereka.
Ferial : (Berjalan mendekati mereka) “Hei!! Sudah kubilang kalau buang sampah jangan sembarangan!!” (menunjuk kertas yang mereka buang)
Indri : (Sedikit terkejut) “Iiikh… apa urusannya sama kamu, sih? Toh, nanti pak tukang kebun juga bersihin ini,”
Ferial : (Menunjuk pada Indri dan Mila) “Dengar! Bumi ini bukan tempat sampah! Dan lagi kalian nggak boleh mengandalkan pak tukang kebun begitu! Cepatan ambil sampah kalian dan buang di tempatnya! Nggak lihat disitu ada tempat sampah?” (menunjuk tempat sampah di dekat mereka)
Mila : “Kamu ini……..!”
Ferial : (Melotot) “Nggak dengar apa yang aku bilang, ya?!”
Mila : “Hiih… oke, oke, kubuang sekarang, nih!” (memungut sampah kertas tersebut)
Ferial : (Mendengus kesal) “Huh!!” (berjalan menjauh)
Indri : (Membuang sampah di tempatnya) “Hmp, lagi-lagi si Ferial marah-marah,”
Mila : “Yah, nggak tahu, deh! Buruan, In, sebelum kena marah si Galak itu lagi.” (Meninggalkan gerbang sekolah bersama-sama)
Beberapa saat kemudian, Fahri berjalan melewati gerbang sambil meremas pembungkus makanan ringan. Ia hendak membuang sampah secara sembarangan, namun ia melihat Ferial yang menatap tajam ke arahnya.
Fahri : “Eh… ng…” (tersenyum nyengir, kemudian terdiam)
Ferial : (Mendongakkan kepala perlahan) “Fahriii…..”
Fahri : (Membuang sampah di tempat sampah dan berjalan menjauh sambil tersenyum nyengir dan membentuk huruf ‘V’ dengan jarinya)
Ferial : “Huh!! Dasar anak zaman sekarang!”
Esoknya pada jam istirahat pertama, Indri, Mila dan Fahri sedang berkumpul di dalam kelas X MIA 4. Mila berdiri di sebelah Indri, sedang Fahri dan Indri duduk di kursi yang agak berjauhan.
Indri : “Aku sebal banget sama Ferial! Tiap hari marah-marah terus,” (melipat tangan)
Mila : “Yah, bukan cuma kamu. Aku juga, lho!” (berkacak pinggang)
Indri : “Enaknya diapain, yaa? Hei, Fahri! Kamu punya ide?”
Fahri : (Mengangkat bahu) “Entahlah,”
Anti : (Masuk ke kelas) “Tumben kumpul-kumpul, ada acara apa, nih?”
Mila : “Anti, kebetulan banget, nih!”
Anti : “Ng? Ada apa, sih?”
Indri : (Saling pandang dengan Mila) “Begini, nih, Ferial itu sering banget marah-marah, galak banget, pokoknya bikin kesal, deh!”
Anti : “Jadi?”
Mila : “Yah, kamu kan Ketua Kelas, coba kamu nasehatin dia,”
Anti : “Kenapa nggak lapor ke guru? Toh, ruang BK siap dengar keluhan kalian,”
Suasana hening sejenak.
Fahri : “Ng, maaf, bukannya mengejek, tapi mereka nggak berani lapor ke guru,”
Anti : “Ooh…” (melirik Indri dan Mila)
Indri : “He.. he… he… (menggaruk-garuk kepala)
Anti : “Yah, kita bahas sama Ferial nanti saja sepulang sekolah. Oke?”
Indri : “Oke!” (beranjak dari kursi)
Mila : “Sip!” (mengacungkan jempol)
Fahri : “Yah, terserah,” (beranjak dari kursi)
Anti : “Kamu juga ikut, Fahri!” (berkata tegas)
Fahri : “O, oke…” (langsung gugup)
Siang hari kira-kira pukul 13.00, para siswa dan beberapa orang guru sudah pulang. Di kelas 8-E, Indri, Mila, Fahri, Anti dan Ferial berkumpul. Ferial, Indri, dan Fahri duduk di kursi, Mila berdiri di sebelah Indri, dan Anti berdiri bersandar pada dinding.
Ferial : “Jadi, ada masalah apa?”
Indri : “Pura-pura nggak tahu lagi. Kami lagi kesal sama kamu, tahu!”
Ferial : (Menaikkan sebelah alis) “Hah? Maksudmu?”
Mila : “Kamu sering marahi kami cuma karena hal sepele, kan?”
Ferial : “Ooh.. maksudmu soal kemarin?”
Indri : “Tuh, kamu sudah tahu. Kami nggak terima banget kamu marahi hanya gara-gara sampah,”
Ferial : (Menghela napas) “Hmmh…”
Anti : “Jadi, tadi aku dimintai tolong sama mereka. Bisa jelaskan, Ferial?”
Suasana hening untuk beberapa saat.
Ferial : (Memandangi Indri dan Mila) “Yang kulihat kemarin, kalian buang sampah sembarangan. Seandainya Bumi ini penuh dengan sampah, kamu mau tinggal dimana?
Semua diam seribu bahasa, suasana hening kembali.
Indri : “Ta, tapi kan, ada petugas kebersihan juga!” (berusaha membela diri)
Ferial : “Apa karena ada petugas kebersihan kalian bisa buang sampah seenaknya?”
Indri : “A.. aku…” (gugup, tidak berani menjawab pertanyaan Ferial)
Mila : “Meski begitu, kau nggak perlu marahi kami, kan?”
Ferial : “Oke, aku tahu caraku salah, jadi aku minta maaf. Aku langsung emosi melihat kalian buang sampah sembarangan gara-gara masalah yang sering timbul di negeri kita saat ini. Kalian tahu?”
Mila : “Masalah? Masalah.. apa?”
Ferial : (Memandangi Indri dan Mila) “Kalian tak tahu? Padahal, sudah tak terhitung manusia yang membuang sampah di sembarang tempat. Mereka mengotori lingkungan, merusak lingkungan, juga mencemari lingkungan. Kalian tahu keadaan pegunungan dan perbukitan di sini, saat ini? Gersang dan tandus, hutan-hutan banyak yang gundul. Kenapa? Karena manusia yang tak bertanggung jawab menebang hutan, tapi mereka tak mereboisasinya. Mereka juga membuang sampah di sungai, membuang limbah rumah tangga di sungai yang akhirnya menyumbat aliran sungai dan membunuh makhluk hidup sungai. Kawasan industry mencemari udara, air, tanah, juga suara. Asap pabrik yang membumbung ke atas membuat atmosfer memanas, sehingga suhu bumi terus meningkat setiap tahunnya.”
Indri : (Bingung) “Terus, apa hubungannya sama kita?”
Ferial : “Kalau begitu kutanya, kau bernapas?” (menunjuk pada Indri)
Indri : “Ya jelaslah!”
Ferial : “Apa yang kau hirup untuk bernapas?”
Indri : “Udara, dong! Begitu saja nggak tahu. Huh! Payah banget!” (nada sombong)
Ferial : “Darimana kamu mendapat udara untuk bernapas?”
Indri : (Berpikir sejenak) “Dari… alam?” (menjawab dengan ragu)
Ferial : “Lebih tepatnya tumbuhan. Oksigen dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan. Bayangkan jika tumbuhan seperti pohon ditebang, apa yang akan kau hirup?
(Indri kebingungan, ia dan Mila tertunduk lesu)
Anti : “Benar juga, ya. Kalau pohon-pohon ditebang dan tidak diganti dengan tanaman baru, hal itu akan mengurangi jumlah oksigen di Bumi. Dan, kalau oksigen makin menipis, itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan,”
Ferial : “Benar. Sampai sekarang pun, manusia tak sadar bahwa merekalah yang merusak alam dan dunia yang mereka tinggali. Mereka tak menyadari betapa berdosanya mereka jika merusak alam, padahal mereka bisa hidup karena alam dan lingkungan pemberian Tuhan. Bisa kalian bayangkan, jika alam marah, Tuhan marah? Tuhanlah yang akan mengadili manusai-manusia berdosa itu.”
Atmosfer di kelas itu menjadi tegang dan sangat hening. Tidak ada yang berani berbicara.
Ferial : (Beranjak dari kursinya dan berpindah tempat) “Gunung-gunung meletus mengeluarkan awan panas yang merusak, menghancurkan, bahkan membunuh apa saja yang dilewatinya. Gempa mengguncang bumi, tsunami tinggi menerjang, tanah longsor terjadi di perbukitan gundul, menimbun mereka yang berdosa dan yang tak berdosa. Kau bisa bayangkan hanya karena seorang berbuat salah, mereka yang tak berdosa pun turut celaka? Apa kau tak merasa sedih akan berita itu? Itulah yang terjadi jika mereka yang tak bertanggung jawab terus merusak alam!”
Suasana masih terasa hening. Anti, Indri, dan Fahri masih menunduk.
Mila : “Seburuk itu… kah?”
Ferial : “Hal itu bisa jadi lebih buruk lagi,”
Mila : (Terkejut) “A, apa?!”
Ferial : “Karena itulah, kita harus menjaga dan melestaIndrin alam, kita tak boleh merusak alam! Harusnya kita berterima kasih pada alam, karena alam itulah kita bisa bertahan hidup.”
Suasana masih hening.
Indri : “A… aku janji! Aku nggak akan buang sampah sembarangan lagi!”
Mila : “A.. aku juga! Aku nggak mau tempat tinggalku dipenuhi sampah!”
Fahri : (Tersenyum) “Aku juga!”
Anti : “Aku juga, dong!”
Ferial : “Kalian…” (senyumnya mengembang)
Anti : “Nah, akhirnya aku nggak perlu turun tangan, kan?”
Indri : “He.. he.. iya, ya,” (tersenyum nyengir sambil memegang kepala)
Anti : “Oke, kita pulang sekarang, yuk!” (beranjak dari tempatnya)
Fahri : “Ya, ya,” (ikut beranjak dari kursinya)
Ferial : “Tunggu! Ada yang ketinggalan!”
Indri : “Apa?” (berdiri)
Ferial : “Untuk teman-teman, aku berpesan, jangan buang sampah sembarangan, ya. Jagalah lingkungan agar tetap bersih, sehat, dan lestari, agar kita yang tinggal di sana akan merasa nyaman. Oke, deh, itu saja yang ketinggalan. Pulang, yuk!
Semuanya : “Daaah, teman-teman…!”
-( SELESAI)-
0 Response to "Mari Jaga Lingkungan"
Posting Komentar