Iklan

7 Tanda Kita Terobsesi dengan "The Princess Diaries"


Adakah di antara kalian yang setia ngikutin "The Princess Diaries" karya Meg Cabot. Aku sih nggak terlalu setia ngikutin semua novelnya, tapi aku suka banget series novel ini. Meg Cabot dengan karya-karyanya udah bikin aku tenggelam di dalam fantasi yang dia jabarkan di dalamnya. Karya Meg Cabot nggak cuma "The Princess Diaries" aja, tapi ada juga seri-seri lainnya. Aku sendiri punya beberapa novel dari "The Mediator" dan "All The American Girls". Namun dari semua seri, menurutku "The Princess Diaries" menjadi seri yang paling terkenal di antara seri lainnya, karena udah diangkat jadi film yang dibintangi oleh Anne Hatheway pada tahun 2001 dan 2004.

Sebagai penggemar dari "The Princess Diaries" sejak masih berada di SMA sampai sekarang, ada beberapa hal yang menurutk bisa jadi tanda kalau aku udah terlalu terbawa dengan kehidupan Mia Thermopolis yang dijabarkan oleh Meg Cabot. Apa aja tandanya kalau kita udah terobsesi dengan "The Princess Diaries" selama ini?

1. Kita suka banget nulis diary, dimana saja dan kapan saja.
Jujur, waktu SMA aku suka banget nulis diary seperti kebiasaan Mia yang digambarkan oleh Meg Cabot. Rasanya semacam terapi juga sih karena saat SMA aku sering kemana pun sendirian. Saat di kelas pun, aku sering merasa kalau banyak dari temen-temenku yang mungkin nggak cocok sama aku. Jadi aku berusaha membuat diriku nyaman dengan ngobrol sama buku harianku. Saat pelajaran pun kadang aku tulis materi yang disampaikan guruku di buku harian, persis seperti yang Mia lakukan di kelas.

Setelah aku pikir-pikir lagi, gawat juga misal buku catatan harus dikumpulin di ruang guru. Semua rahasia mulai dari siapa orang yang lagi aku sebelin sampe cowok yang lagi aku taksir bisa terbongkar. Hahahahahaha.

2. Diam-diam berharap bahwa Genovia itu ada dan nyata.
Ada yang pernah ngetik "Genovia" di google? Ketemu apa coba? Ya jelas negara yang ada di "The Princess Diaries" lah! Mana ada Genovia di dunia ini. Tapi kalau untuk para pembaca karya Meg Cabot yang satu ini, Genovia is real. Jauh di lubuk hatiku yang terdalam, aku pengen banget Genovia itu bener-bener ada. Kalau di novelnya sendiri, Genovia dideskripsikan sebagai negara kecil di Eropa yang kaya akan hasil alam berupa buah pear yang jadi ciri khasnya. Kalau nonton film "The Princess Diaries 2", kita bisa lihat scene dimana Mia dan sahabatnya, Lily, makan popcorn rasa pear. Jadi penasaran pengen ngerasain juga coi.

Genovian Palace, they said. (source)

3. Jadi putri kerajaan kayanya enak ya?
Setelah melihat fasilitas-fasilitas yang didapatkan Mia, rasanya jadi putri kerajaan enak juga ya? Kamar pribadi yang luasnya sekontrakan kita, lemari yang gedhenya segarasi mobil di rumah, perhiasan yang macem-macem, baju-baju dari koleksi Chanel yang terbaru, punya chef sendiri, apa aja tersedia. Tapi coi, tanggungan seorang putri yang diemban oleh Mia juga nggak kalah heboh. Dia udah harus bisa ngadepin parlemen yang sering crash sama dia dan harus ngurusin rakyat Genovia, sementara temen-temennya cuma pusing masalah tugas sekolah dan cinta-cintaan. Tapi ya, namanya juga berkhayal. Sesekali boleh aja sih.

4. Belajar Bahasa Prancis supaya bisa ngerti Mia ngomong apaan.
Siapa yang begini? Aku nggak terlalu terobsesi belajar Bahasa Prancis cuma buat ngerti Mia ngomong apa sih waktu SMA dulu. Tapi saat tau Mia ambil kelas Bahasa Prancis, somehow aku jadi semangat aja belajar di sekolah. Meg Cabot cukup sering menuliskan kalimat-kalimat berbahasa Prancis di dalam novel "The Princess Diaries" dan buat yang udah belajar, yaaa sedikit bisa paham walau tanpa terjemahan.

5. Berusaha behave layaknya seorang putri.
Jalan tegak, berbicara halus dan sopan, nggak pecicilan, dan ramah senyum udah jadi stereotype yang menempel pada image seorang putri. Kadang setelah jauh tenggelam dalam novel, jalan jadi sedikit hati-hati, duduk jadi lebih tegap, perilaku pun dijaga banget kayak jaim-jaimnya putri kerajaan.

Lelah. Enak juga duduk sila sambil makan lesehan.

6. Pengen punya pacar kayak Micheal.
Meg Cabot kadang keterlaluan banget sampai bisa bikin cewek-cewek yang baca "The Princess Diaries" suka dan ikutan jatuh hati sama Micheal. Micheal udah ganteng, jenius lagi. Kadang sifat clumsy Mia bikin kita malu sendiri kenapa cowok sekeren Micheal bisa mau aja sama Mia. Udah sempurna gitu, di novelnya sendiri pernah ada masa dimana Mia dan Micheal putus, lalu akhirnya Mia pacaran sama orang lain. Saat itu Micheal juga merasa nggak pantes untuk Mia yang seorang putri suatu negara monarki. Rasanya kayak... urgh KZL. 

Tapi mau gimana juga, aku tetep Mia-Micheal shipper.

7. Meg Cabot harus ke Indonesia!
Poin paling terakhir ini sebenernya tanda obsesiku dan harapanku. Ketemu penulis dari Indonesia sih mungkin udah beberapa kali dapet kesempatan. Tapi kalau penulis dari luar Indonesia, apalagi yang sekelas Meg Cabot, it will feel like a dream. Berkali-kali aku tulis surat lewat websitenya di megcabot.com tapi kayanya nggak pernah ada follow up berarti. Maybe I didn't write enough to make her realize that we, Indonesian fans, are obsessed to meet her too. Semoga suatu saat nanti ada kesempatan untuk ketemu dia langsung. Amin!

"The Princess Diaries" adalah teman yang udah nemenin sejak hampir 10 tahun lamanya. Semoga setelah seri ini berakhir, akan ada seri-seri baru yang bisa kita nikmati dan bisa jadi penyemangat temen-temen yang pengen jadi penulis juga.

Bonus!
Awww

0 Response to "7 Tanda Kita Terobsesi dengan "The Princess Diaries""

Posting Komentar

loading...