Iklan

Ibu, Maafkan Aku yang Tak Pernah Berniat Menyakitimu


Ibu adalah orang yang paling berharga di dalam hidupku. Tak mampu dipungkiri, fakta bahwa apapun yang aku lakukan selama ini, semua juga demi kebahagiaan ibu. Namun ada kalanya ibu menganggapku menyakiti perasaanmu karena aku tak mampu melakukan sesuatu sesuai keinginannmu. 

Kadang aku sibuk dengan diriku sendiri sehingga aku lupa ada ibu yang juga ingin diperhatikan olehku, anakmu. Ada juga hal-hal yang sering aku lakukan dan secara tidak sengaja menyakiti hati ibu. Tolong pahami dan maafkan aku jika melakukan hal-hal ini, bu.

Ibu, maafkan aku jika tak menjawab pesan singkat atau menelponmu saat aku jauh darimu

Ibu, aku tahu bahwa di saat aku jauh darimu, ibu pasti mengkhawatirkanku. Saat itu juga ibu sering mengirimkan pesan singkat kepadaku, berusaha menelponku dan menunggu kabar baik dariku. Namun, aku tidak 24 jam bersama dengan telepon genggamku. Aku juga punya kehidupan. Aku tak mampu terus mengabarimu. 

Maafkan aku jika membuatmu cemas, bu. Aku berjanji akan melungkan waktu untuk mengabarimu walau hanya sekedar sms atau telepon selama 5 menit. Aku tak pernah bermaksud membuatmu takut akan kehilanganku, bu.

Aku baik-baik saja dan ibu harus percaya kalau aku tak akan berbuat sesuatu yang membuat ibu khawatir padaku.

Sungguh aku tidak ingin menduakanmu, bu. Namun teman-teman dan pekerjaan yang harus kuselesaikan juga penting untukku.


Seperti apa yang tadi sudah aku katakan, aku punya kehidupan yang berarti dan penting untukku selain dirimu, bu. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku agar aku mampu memenuhi kebutuhan dan sedikit meringankan beban keuangan keluarga kita. Aku pun juga butuh teman-temanku agar pikiranku tetap tenang dan tidak stress karena terus bekerja. 

Saat aku tidak pulang ke rumah, bukan berarti aku sedang bermain dan bersenang-senang saja. Aku juga memikirkan ibu. Aku menyelesaikan pekerjaanku juga untuk ibu dan keluarga kita.

Tolong jangan salah sangka, bu. Pahamilah kesibukanku...

Jangan menangis saat aku belum lulus, bu. Aku sedang mengusahakan sesuatu yang lebih baik untuk masa depanku dan untukmu.

Melihat teman-temanku yang sudah lulus dan bekerja, ibu sering bertanya-tanya kenapa aku lama sekali dalam menyelesaikan skripsiku. Aku tidak sedang bermalas-malasan, bu. Justru sebaliknya, aku sedang mengusahakan sesuatu yang juga sama pentingnya untuk masa depanku. Aku bekerja paruh waktu untuk mencari pengalaman dan menyambung hidupku. 

Terus terang aku malu jika harus meminta kiriman uang darimu dari waktu ke waktu. Aku juga ingin merasakan bagaimana lelahnya bekerja dan nikmatnya membayar sesuatu dengan hasil jeri payahku sendiri. Sungguh aku tidak ingin mengecewakanmu, bu.

Percayalah, aku selalu mengusahakan yang terbaik untukku dan keluarga kita.

Maafkan aku jika jarang membantumu menyelesaikan pekerjaan rumah, bu.

Aku sering kali berkegiatan di luar rumah. Pergi ke kampus, sering juga nongkrong bersama teman-temanku, bahkan menyelesaikan tugas dan pekerjaanku di luar. Rumah hanya menjadi "hotel" bagiku, di mana aku tidur dan makan saja. Aku sering tak sempat membantumu, bu. 

Maafkan aku jika kau terlalu letih menyelesaikan pekerjaan rumah yang sering dianggap sepele oleh kebanyakan orang. Kau bangun subuh dan tidur di malam hari dengan keadaan yang begitu lelah. Aku bahkan sering tak memijat untuk menghilangkan lelahmu karena aku sendiri kelelahan dengan rutinitasku di luar rumah.

Maafkan aku, bu. Aku akan berusaha menyempatkan diri untuk membantumu walau hanya beberapa pekerjaan rumah saja.

Saat aku tak sependapat dan memulai argumen denganmu, bukan berarti aku sedang membangkang kepadamu, bu.


Ada kalanya aku dan ibu sama-sama berteriak dan berlomba-lomba meninggikan suara. Ibu, sungguh aku tak bermaksud untuk berbuat begitu. Awalnya hanya karena berbeda pendapat saja, namun pada akhirnya kita sering beradu argumen hingga otot rasanya ingin copot. 

Bukannya aku ingin membangkang pada ibu, hanya saja aku juga mempunyai pendapatku sendiri dalam menilai sesuatu. Saat aku berusaha memberitahu ibu sesuatu yang dalam persepsiku salami kebaikan ibu.

Maafkan aku jika terkadang nada suaraku meninggi saat berbicara padamu, bu. Aku akan berusaha lebih sabar agar tidak menyakiti hatimu.h, bukan berarti aku memarahi ibu. Aku tidak ingin ibu menilai salah, bu. Aku melakukannya juga de

Aku punya pilihan akan jalan hidupku sendiri. Ibu, percayalah dan dukung aku.


Akan tiba masa dimana aku tak akan menjalankan apa yang ibu pilihkan untukku. Masalah jurusan kuliah, pekerjaanku di masa depan, dan juga pasangan hidupku, aku tak mampu apabila hanya mengikuti keinginanmu saja, bu. Banyak hal selain itu yang pasti akan aku pilih sendiri dan tidak ingin ada campur tangan orang lain dalam pengambilan keputusan. 

Maka dari itu, tolong percayalah padaku, bu. Dukung aku dengan keputusanku. Berilah aku restumu agar jalanku tak penuh ragu. Semua demi kebaikanku dan juga dirimu, bu.

Ibu, aku selalu berusaha menjadi yang terbaik bagimu. Jangan lelah untuk mencintaiku walau aku masih belum mampu membahagiakanmu, bu.

Terlepas dari semua hal di atas, aku selalu dan terus melakukan yang terbaik untukku, untukmu, dan keluarga kita, bu. Aku berusaha menjadi kebanggaanmu. Namun sebagai manusia biasa, aku juga tak pernah lepas dari dosa. Maafkan aku jika terkadang terlalu emosional dalam menghadapimu. Aku tak pernah bermaksud membangkang dan membuatmu marah.
Maafkan aku jika aku pernah membuatmu menangis, bu. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menebus semua kesalahanku padamu. Tersenyumlah padaku saat bahagia itu tiba, bu. Tak akan pernah aku sia-siakan semua perjuanganmu dalam mendidik dan membesarkanku.

Mom, you have to understand that you will always mean the world to me. I love you, mom.

Aku sayang ibu…



Tulisan ini pernah dimuat di Hipwee Community
http://www.hipwee.com/list/ibu-maafkan-aku-yang-tak-pernah-berniat-menyakitimu/

0 Response to "Ibu, Maafkan Aku yang Tak Pernah Berniat Menyakitimu"

Posting Komentar

loading...