Iklan

Kenangan Akan Masa Kecil dan Sepatu Rajut

Nggak kerasa tinggal beberapa hari menuju hari raya. Waktu di mana masjid mulai sepi dan pusat perbelanjaan makin ramai dikunjungi oleh para pemburu diskon. Mulai dari beli 1 gratis 1 sampai diskon 80% +30%. Orang-orang marketing membuatnya terlihat sangat murah, padahal hanya terpaut sedikit dari harga sebelum diskon. Ya, aku nggak pernah ngerti gimana cara pasar bekerja.

Masa-masa seperti ini mengingatkanku beberapa tahun lalu ketika masih menginjak bangku sekolah dasar. Saat itu aku sangat senang ketika diajak ke pasar swalayan di kota untuk membeli peralatan baru untuk bersekolah esok ketika sudah selesai liburan. Mulai dari seragam baru, tas baru, tempat pensil baru dan sepatu baru.

“Aku mau sepatu itu, Bu...“, rengekku.

“Nggak boleh sayang, itu kan sepatu rajut. Kamu butuhnya sepatu sekolah”, jawab ibuku.

Model sepatu rajut yang aku inginkan

Aku cuma bisa sembari mengingat perkataan ibu guru yang berpesan, “Besok pakai sepatu warna hitam! Dominan hitam dan jangan yang aneh-aneh!”. Aku lalu diajak ke toko sepatu langganan buat beli sepatu yang sangat mainstream di kalangan anak sekolah dasar. Tiba waktunya sekolah, semua anak memakai sepatu dengan logo bintang di samping sambil pamer di mana mereka membelinya. Padahal mungkin kami membeli sepatu itu di tempat yang sama.

Namun keinginan akan sepatu rajut yang itu masih terpendam sampai sekarang, pernah aku iseng untuk cari-cari sepatu rajut di toko-toko sepatu ternama di Jogja untuk mengeluarkan hasrat akan sepatu dengan desain yang tidak biasa ini. Namun yang aku cari nggak segera aku dapat. Pasokan sepatu yang tak menentu menjadi faktor utama yang membuat sepatu rajut jadi langka di toko konvensional.

Toko dan pasar jadi pilihan pertamaku untuk mendapatkan barang-barang incaranku, bisa dapat harga yang murah dengan cara menawar, walaupun aku nggak jago dalam menawar harga karena atas dasar iba (aslinya sih memang cupu). Ibuku yang selalu jadi andalanku ketika pergi ke pasar. Bayangkan, ibuku bisa mendapatkan barang di pasar dengan harga ¾ dari harga yang ditawarkan di pasar. Gila!

Memang sih pasar untuk barang tertentu bisa dijadikan andalan untuk menguras habis isi dompet. Barangnya bisa dicoba dan bisa dibandingkan dengan toko lain. Siapa tahu punya barang yang lebih baik dan murah tentunya.

Maklum generasi milenial... Pengen dapet barang bagus tapi murah.

Untungnya sekarang jamannya sudah serba online. Untuk barang tertentu, aku selalu percaya untuk beli lewat online. Selain bisa cek jumlah barang yang tersisa, barang yang disediakan di toko online pun beragam. Mulai dari makanan pokok sampai beras sampai fidget spinner pun ada di sana. Platform semacam ini yang menurutku tepat untuk mencari barang yang aku mau.

“Sepatu.. rajut... online”, batinku sambil mengetik di laman pencarian. Ratusan opsi langsung terpampang di layar smartphone milikku. Banyak pilihan sepatu di situ. Mulai dari flat shoes sampai sepatu casual. Sepatu rajut bisa dibeli online juga. Aku nggak cemas lagi dengan masalah stock yang terbatas. Aku tinggal isi ukuran dan model sepatu yang aku inginkan. Klik order dan langsung pergi ke ATM terdekat untuk membayar. Dan tinggal nunggu manis sepatunya datang ke rumah.

15 Juni 2017

Kutulis ini sambil memakai sepatu rajut yang kubeli online

0 Response to "Kenangan Akan Masa Kecil dan Sepatu Rajut"

Posting Komentar

loading...