Panaaaaaaaaaas! Begitulah jeritan hatiku saat ini. Berdiri di tengah-tengah lapangan bersama dengan murid-murid lain agaknya lumayan menyiksa bagiku. Ku paksa badanku untuk tegap se-menderita apapun diriku saat ini. Tak akan ku biarkan jiwaku lengah hanya karena cuaca panas yang setiap harinya aku alami. Walaupun sebenarnya kali ini berbeda. Panas sekaliii! Aku berusaha memperhatikan pembina upacara yang sedang memberikan ceramah.
Tidak. Pidato maksudku. Ya, pidato.
Ah, apa bedanya ceramah dan pidato sih. Toh sama-sama ngomong di depan orang banyak, lama, dan panjaaang sekali sampai aku tak bisa berkonsentrasi lagi untuk mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut sang pembina upacara. Mataku berkeliling mencari pemandangan lain yang sekiranya bisa menyegarkan pikiranku sejenak. Lima detik, sepuluh detik, tujuh belas detik, hmmm tidak ada yang menarik. Tunggu. Siapa itu...? Dia... Oh, tidak.
Sosok itu, aku kenal sekali sosok itu. Dia, pria yang telah menyita perhatianku selama 3 tahun selama ku berada di bangku SMP dulu. Sosok hitam manis, berbadan tegap, kepala plontos, dan rahang yang kuat. Ya Tuhan... Kenapa dia bisa ada di sini? Sosok itu nampaknya menyadari bahwa ada seseorang yang telah terpaku memandanginya dari kejauhan.
Aku masih terpaku melihatnya hingga tiba-tiba dia berpaling padaku. Mata kami bertemu selama beberapa detik. Jantungku mulai berdegup kencang... Semakin kencang hingga mempengaruhi ritme pernafasanku. Aku mulai terpaku dengan tatapan itu. Kualihkan pandanganku ke arah lain dan berusaha menenangkan diri. Sepersekian detik yang membuat ku gila bukan main. Kenapa dia bisa berada disini Tuhaaaaaaan.
Lama waktu berlalu, aku berusaha semaksimal mungkin untuk tak mengalihkan padaku kemana pun. Fokus... Aku mencoba fokus... Tak bisa! Akhirnya setelah berdiri dan mencoba tidak memikirkan hal lain selain kemungkinan-kemungkinan mengapa sosok itu bisa berada di antara barisan murid-murid kelas tiga lainnya, sang pemimpin upacara membubarkan barisan. Dengan segera aku memisahkan dari barisan dan mencoba kembali mencari sosok itu.
Saat aku mulai ling lung dengan lalu lalang murid-murid yang bergegas kembali ke kelas mereka masing-masing, seseorang menepuk punggungku dari belakang. Tubuhku membeku. Aku hanya diam dan tidak menoleh. Aku ingin menoleh, tapi tidak, tidak. Aku tidak ingin kecewa untuk kesekian kalinya. Orang itu berjalan dari belakang, langkah sepatunya sangat ku kenali. Dia berdiri di sampingku lalu perlahan mendahuluiku dan berbalik. "Hai.. It's been a while." Seketika tubuhku terasa meleleh. Suaranya yang tegas dan lembut dalam satu waktu tak pernah gagal melelehkan hatiku. Dia tersenyum, hangat. Aku membalas senyumnya dengan senyum haru dan mata berkaca-kaca. John, it's nice to see you again.
Aku masih terpaku melihatnya hingga tiba-tiba dia berpaling padaku. Mata kami bertemu selama beberapa detik. Jantungku mulai berdegup kencang... Semakin kencang hingga mempengaruhi ritme pernafasanku. Aku mulai terpaku dengan tatapan itu. Kualihkan pandanganku ke arah lain dan berusaha menenangkan diri. Sepersekian detik yang membuat ku gila bukan main. Kenapa dia bisa berada disini Tuhaaaaaaan.
Lama waktu berlalu, aku berusaha semaksimal mungkin untuk tak mengalihkan padaku kemana pun. Fokus... Aku mencoba fokus... Tak bisa! Akhirnya setelah berdiri dan mencoba tidak memikirkan hal lain selain kemungkinan-kemungkinan mengapa sosok itu bisa berada di antara barisan murid-murid kelas tiga lainnya, sang pemimpin upacara membubarkan barisan. Dengan segera aku memisahkan dari barisan dan mencoba kembali mencari sosok itu.
Saat aku mulai ling lung dengan lalu lalang murid-murid yang bergegas kembali ke kelas mereka masing-masing, seseorang menepuk punggungku dari belakang. Tubuhku membeku. Aku hanya diam dan tidak menoleh. Aku ingin menoleh, tapi tidak, tidak. Aku tidak ingin kecewa untuk kesekian kalinya. Orang itu berjalan dari belakang, langkah sepatunya sangat ku kenali. Dia berdiri di sampingku lalu perlahan mendahuluiku dan berbalik. "Hai.. It's been a while." Seketika tubuhku terasa meleleh. Suaranya yang tegas dan lembut dalam satu waktu tak pernah gagal melelehkan hatiku. Dia tersenyum, hangat. Aku membalas senyumnya dengan senyum haru dan mata berkaca-kaca. John, it's nice to see you again.
0 Response to "Kenangan Lama yang Kembali Jadi Nyata"
Posting Komentar