"Aku tidak mencuri...", kata anak kecil yang sedang berhadapan dengan ibu-ibu gendut di emperan toko suatu pasar. Lirih dia berkata hingga ibu-ibu itu tidak menggubris apa yang dikatakannya dan terus melanjutkan ocehannya mengenai betapa buruk harinya gara-gara anak kecil tersebut. Anak itu semakin terihat ketakutan setelah curi-curi lirik ke arah mata ibu-ibu yang memarahinya itu. Nampak pada mata si ibu gelora amarah yang berapi-api. Anak itu mulai menitikkan air mata namun si ibu itu, sekali lagi, tak menggubris anak tersebut. Sambil menenteng tasnya kembali, ibu itu pergi meninggalkan anak kecil yang telah dimarahinya habis-habisan seraya melototi orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang itu hanya bisa melongo menatap bengong sambil bertanya-tanya, bagaimana bisa si ibu gendut tersebut tega memarahi anak kecil yang tak berdaya itu?
Salah seorang di antara kerumunan orang-orang yang mengelilingi anak kecil malang yang baru saja kena semprot ibu-ibu gendut itu memberanikan diri berjalan ke arah si anak. Seorang gadis berambut panjang tergerai dengan tas belanjaan yang amat penuh mendekati anak kecil itu. "Adek nggak apa-apa?", tanya si gadis sambil merendahkan posisinya agar matanya bisa sejajar dengan mata si anak. Anak kecil yang masih menangis sesenggukan itu perlahan memberanikan diri untuk melihat siapa yang dengan baik hati menanyakan keadaannya. Sedikit demi sedikit suara tangisnya hilang setelah menatap mata gadis di hadapannya. Gadis itu tersenyum lalu berkata, "Cup cup.. Yuk ikut embak ke warung situ. Sudah makan belum?". Anak itu menggelengkan kepalanya pelan. Si gadis tersenyum lagi. Dia berdiri, menarik tangan si anak kecil dengan lembut dan mengajaknya ke warung. Mereka tenggelam di kerumunan orang-orang yang ada di pasar.
0 Response to "Tatapan Mata"
Posting Komentar