Iklan

That Kind of Happiness is Called "KPop"


Hari Minggu kemarin saya bener-bener off dari kegiatan yang mengharuskan saya bekerja di depan laptop. Rasanya agak aneh karena sama sekali nggak buka folder tugas akhir atau riset kecil-kecilan untuk konten tulisan. Saya menghabiskan seperempat hari Minggu saya di Jogja Expo Center buat nonton KPop dance cover competition.

Saya tahu pembaca blog saya banyak yang emak-emak juga. Tolong maklumi saya yang masih suka nonton KPop bareng dedek-dedek gemeush yang mungkin bisa jadi seumuran putra putri emaks yang baca postingan ini. Banyak di antara penonton yang bersama saya adalah anak-anak SMA atau SMP, bahkan SD 😂

Kadang saya suka diomongin sama temen buat inget umur. Umur udah 25 tahun, tontonan kok masih yang alay-alay begitu. Eh, kamu nggak tahu kan kalau yang perform banyak yang udah pada hampir nikah. Emang nggak keliatan aja secara fisik karena jiwanya pun masih muda belia.

https://media.giphy.com/media/qX5bAFw9bO9dS/giphy.gif
Umur udah kepala 2, muka masih kek ABG

Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa sih saya nggak malu buat nonton yang kayak gitu? Kalau pernah tahu kasus Uus, stand up comedian yang pernah nge-tweet "negatif" tentang KPopers berhijab dan saya bahas di postingan surat terbuka buat Uus tahun lalu, pasti tahu kalau fans KPop tuh langsung eksplosif kalau udah dihina terang-terangan. Kebanyakan di antara mereka masih di usia remaja, jadi wajar kalau responnya begitu. Ya wajar kalau pada akhirnya KPopers suka diidentikan dengan alay, bahkan fanatik.


Saya sudah curhat sedikit soal tentang diri saya sebagai penyuka KPop. Pertanyaannya: kenapa saya bertahan sebagai KPopers walau tahu faktanya saya akan di-judge yang tidak enak oleh lingkungan sekitar saya? Saya masih nonton acara KPop, apakah kelakuan saya masih seperti remaja-remaja tersebut? 

Hmmm, bukan sih. Saya merasa senang dan enjoy dengan apapun yang berkaitan dengan KPop. Apakah ini passion saya? Bisa jadi, walau saya sendiri belum berani nyebut KPop sebagai passion murni saya karena saya lebih banyak porsi sebagai penikmat saja.
Dulu saya sempat berpikir kalau saya suka KPop karena saya jomblo. Iya, 3 tahun lalu saya masih nggak punya pacar. I mean, tahu sendiri kan fans KPop yang suka ngaku kalau aktor-aktor drama Korea atau idol-idol di grup favorit mereka adalah oppa mereka? Saya pun juga dulu begitu. Ternyata setelah punya pacar, saya masih suka KPop dan makin suka dengan KPop.

Jadi invalid ya kalau saya suka KPop hanya karena saya jomblo 😂

Dari situ saya makin paham kalau KPop adalah sesuatu yang memang sudah jadi kesukaan saya. Saya menikmatinya sebagai media seneng-seneng dan bagian dari pekerjaan saya. Dulu saya pernah bahas beberapa postingan KPop Plyalist of The Month di blog ini. Bermula dari rasa kangen saya karena lama nggak siaran program musik KPop di radio kampus. Rencananya saya mau bikin sesuatu yang berkaitan dengan KPop lagi tapi bukan di  blog ini.

Buat KPopers yang baca postingan ini, tunggu tanggal mainnya ya!

 https://www.spredfast.com/sites/default/files/Minions-Gif.gif
Tungguin yaaaaaa!

Terlepas dari pembahasan saya di atas tentang kesuakaan saya terhadap KPop, saya mau menyampaikan hal penting yang juga sering diingatkan oleh meme-meme lucu di media sosial, yaitu pesan "Jangan lupa bahagia" dan "Jadilah dirimu yang apa adanya". Kita nggak bisa paksain diri kita untuk berubah 100% menjadi yang orang lain inginkan. Kalau kita nggak bahagia, buat apa? Jadi diri sendiri aja dan tunjukkan kualitas yang terbaik dari diri kita, itu yang saya rasa baik untuk semuanya.

Jadi, jangan lupa bahagia dan share curhatan ini kalau kamu KPop lovers. Muehehehe. See you on the next post!

BONUS!

K.A.R.D - Don't Recall. Enjoy, ya!

0 Response to "That Kind of Happiness is Called "KPop""

Posting Komentar

loading...