Iklan

Médecins Sans Frontières (MSF): Melintasi Batas Demi Kemanusiaan

Humanity. 

Satu aspek kebaikan berupa rasa kemanusiaan yang isunya sering sekali kita dengar secara langsung maupun lewat media. Isu seputar kemanusiaan nggak pernah habis dibahas, bahkan di jaman yang segalanya sudah serba maju seperti saat ini. Dengan berkembangnya jaman, saya sering merasa kalau rasa kemanusiaan makin lama malah makin berkurang kepekaannya di kalangan masyarakat kita. Perbedaan sering kali jadi penyebabnya. Bukankah perbedaan seharusnya malah saling melengkapi dan mendekatkan? Kok yang terjadi malah sebaliknya?

Baca juga: Memahami Perbedaan

Kemanusiaan Tanpa Pandang "Label"

Terlepas dari isu soal kekurangpekaan masyarakat terhadap perbedaan dan rasa kemanusiaan, ternyata masih ada banyak orang yang peduli dengan humanity di dunia ini. Mereka sama sekali nggak lihat siapa dan dari mana orang-orang yang butuh pertolongan dari mereka. Bantuan yang mereka berikan tidak berbatas wilayah. Mereka melintasi batas tersebut demi kemanusiaan. Mereka adalah para pekerja Médecins Sans Frontières (MSF).


Médecins Sans Frontières (MSF) in Yemen via http://www.telegraph.co.uk

Médecins Sans Frontières (MSF) adalah suatu organisasi kemanusiaan medis internasional yang independen dan memberikan layanan medis bagi masyarakat yang terkena epidemi penyakit, bencana alam, konflik bersenjata, atau tidak mendapatkan layanan kesehatan. Tanpa memandang label masyarakat tertentu, mereka bersedia memberikan bantuan sesuai kebutuhan. Wilayah kerja MSF tersebar di seluruh dunia dengan 24 kantor dan telah memberikan bantuan medis serta kemanusiaan di 70 negara. Terdapat total 35.000 staf MSF yang tersebar di seluruh dunia pada tahun 2015.

Menjadi Humanitarian Worker di Wilayah Perang

Beruntung pada tanggal 25 Februari 2017, Komunitas Blogger Jogja berkesempatan untuk bertemu langsung dan ngobrol bareng 3 perwakilan dari MSF Indonesia di Art Kitchen Greenhost Yogyakarta. Ada dr. Rangi Wirantika, Mbak Meta, dan Mbak Intan yang dateng langsung ke Jogja dan sharing pengalaman mereka saat bekerja bersama MSF. Dalam meetup Blogger Jogja bersama MSF, dr. Rangi membagikan cerita saat terjun langsung bersama MSF International di negara-negara dengan perang terbuka untuk menjalankan tugasnya.

Bermula dari acara TV "Dunia dalam Berita" yang menayangkan tentang kondisi Perang Kosovo di tahun 1999, dr. Rangi yang pada saat itu masih berumur 10 tahun merasa tergugah hatinya untuk bekerja menjadi dokter yang menyembuhkan para korban perang. Cita-citanya sebagai humanitarian worker dia wujudkan dengan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

Bergabung dengan MSF, dr. Rangi ditempatkan di Chaman, suatu wilayah perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan. Memulai tugas mulia sebagai humanitarian doctor bukanlah hal yang mudah. Tantangan demi tantangan dr. Rangi hadapi saat bertugas bersama MSF, seperti terbatasnya fasilitas umum semacam listrik dan kasus-kasus kesehatan yang belum pernah dia tangani sebelumnya.

Selain di Chaman, dr. Rangi juga ditugaskan di Taiz, Yemen, pada bulan April 2016. Perang terbuka telah berlangsung selama lebih dari setahun di sana. Sempat terpikir di benak dr. Rangi untuk booking tiket pesawat first flight dan kembali pulang ke tanah air setelah dia melihat baku tembak yang terjadi tepat di depan matanya. Namun, niatnya untuk pulang harus dia urungkan karena permintaan penangan medis yang bertambah. Ceritanya saat bertugas di Taiz dituangkan dalam tulisan berjudul "About Those Who Fought Without Weapons" pada tanggal 23 Januari 2017.



A Diary from Yemen
dr. Rangi saat bertugas di Taiz, Yemen

Perdamaian: Sebuah Mimpi yang Mahal

Dari cerita dr. Rangi, saya menjadi sadar bahwa di era yang semuanya sudah serba maju seperti saat ini, ternyata masih banyak masyarakat dunia yang belum terbebas dari pahitnya peperangan. Selama ini saya hanya melihatny dari TV dan media online. Kalau harus merasakannya langsung, rasanya tidak pernah siap. Tapi, menjadi humanitarian worker adalah jalan untuk kita yang ingin menolong mereka yang benar-benar membutuhkan. Seperti kata Melanie Subono di d'Youthizen Jogja tentang kontribusi nyata bagi masyarakat: kita mau melakukannya atau tidak?


Meetup blogger dengan MSF adalah meetup pertama yang membuat saya melihat sisi lain dari kehidupan di dunia ini. Saya jadi ingat betapa njijiki-nya perilaku saya saat kesusahan dikit tapi ngeluhnya nggak karuan. Kesulitan yang saya hadapi belum seberapa ketimbang orang-orang di luar sana, terlebih mereka yang tinggal di daerah perang. Their struggle is real struggle. dr. Rangi sebagai tenaga medis yang bertugas langsung di daerah perang mendapatkan sebuah pelajaran yang menurut saya juga perlu untuk kita renungkan:

"Perang sama sekali tidak baik karena yang menjadi korban adalah orang-orang yang tidak bersalah, sehingga perdamaian benar-benar terasa sangat mahal" - dr. Rangi Wirantika

Menjadi pejuang kemanusiaan memang bukanlah hal yang mudah. Namun di sisi lain, amanah ini adalah amanah yang mulia. MSF sebagai NGO independen yang bergerak di bidang kemanusiaan mengajak kamu untuk bergabung dengan MSF Internasional sebagai humanitarian worker. Tenaga yang dibutuhkan nggak hanya tenaga medis, tapi ada juga tenaga non-medis seperti administrasi maupun relasi publik. Kamu bisa cari tahu informasi lebih lanjut melalui web dan media sosial MSF.



"You must not lose faith in humanity. Humanity is an ocean; if a few drops of the ocean are dirty, the ocean does not become dirty" - Mahatma Gandhi

See you on the next post!

0 Response to "Médecins Sans Frontières (MSF): Melintasi Batas Demi Kemanusiaan"

Posting Komentar

loading...